Dengan bertemunya kedua nasab ini, terlihat bahwa Nabi Muhammad observed berasal dari garis keturunan yang mulia, terhormat, dan memiliki akar yang kuat di kalangan masyarakat Arab pada masa itu.
Rasulullah- “adalah pengaruh racun yang telah aku makan bersama putramu di Khaebar yang sering aku rasakan kambuh (selama ini) dan nampaknya kali yang terakhir ini akan mengakhiri abhurku". Menurut pendapat yang lebih mendekati kebenaran kata abhur berarti batalion dan penyakit dzat al-janb adalah usus buntu. (kita akan bicarakan lebih lanjut). *** Rasulullah terserang penyakit keras pada saat kondisi umat sedang menghadapi ancaman berat. Beliau baru saja selesai menyiapkan pasukan Usamah ibn Zaid ibn Haritsah untuk diutus ke Syam mengajak orang-orang Arab Kristen dan Romawi yang berada di bagian selatan Syam memeluk Islam atau menyetujui perjanjian perdamaian. Mereka yang dahulu mengalahkan pasukan kaum muslim dalam pertempuran mu'tah di mana Zaid ibn Haritsah, Ja'significantly ibn Abu Thalib dan Abdullah ibn Rawahah tewas mati syahid. Kemudian disusul lagi munculnya gerakan-gerakan murtad dan para nabi-nabi palsu. Sungguh aneh orang-orang Arab ini! Tiada Allah menganugerahkan kepada mereka suatu nikmat kecuali dirusaknya. Kebangkitan risalah Muhammad adalah tanda kasih sayang Allah yang pertama kali amat sulit diterima oleh orang-orang kafir Mekkah, dan baru saja gerakan pengingkaran mereka dipadamkan dan mendapat bimbingan masuk kedalam jalan yang benar lantas muncul di tengah-tengah mereka seorang yang bernama 'Abhalah Al-Yamani dan bergelar Al-Aswad Al-'Ansi yang menganggap dirinya nabi, mendapat wahyu, diikuti dan dipercayai oleh orang-orang Yaman yang subversif. Disusul pula anggapan Musailamah ibn Habib dari bani Hanifah di Tamim dalam wilayah Al-Yamamah bahwa dirinya seorang nabi, diikuti dan dipercayai pula oleh banyak kaumnya. Yang lebih berbahaya lagi adalah gerakan Thulaihah ibn Khuwailid Al-Asdi yang meproklamirkan kepada kaumnya bani Asd dan Wathi' yang menghuni pesisir barat Nejd klaim dirinya sebagai nabi dan mengutus salah seorang saudaranya menemui Rasulullah untuk berdamai.
Dalam perjuangan, nyata diperlukan akhlak yang tinggi, prilaku yang sehat serta tindakan yang arif. Semuanya telah dicontohkan oleh Rasulullah noticed. Sunnah Rasul ialah segenap jejak Rasulullah; baik ungkapan, perbuatan maupun ketentuanketentuannya. Perjuangan Rasulullah pada periode Mekkah banyak memberikan ketauladanan dalam mengemban tugas perjuangan, antara lain ketetapan iman, tegak di atas kebenaran, menghadapi dunia manusia dengan penuh pengertian, mengontrol diri dalam cobaan, memelihara ucapan dan menggunakan pikiran. Semua itu adalah Sunnah Rasul. Barangsiapa yang mengabaikannya lalu membiarkan dirinya terbawa arus emosi, kemudian lepas kontrol dalam perkataan dan perbuatan di saat-saat bergelut dan berdebat, maka ia telah menyalahi sunnah karena sunnah adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipilah-pilah. Jika hal itu wajib bagi setiap muslim maka lebih wajib lagi bagi para penguasa. Dapat dibayangkan bagaimana prikeadaan kaum muslim seandainya pemahaman terhadap sunnah berdasarkan kepada cakrawala pandangan yang luas seperti ini. Dan seandainya sunnah Nabi sudah menjadi bagian dari kepribadian umat Islam dan para penguasanya, tentu tidak akan pernah terjadi peristiwa-peristiwa mengerikan dalam sejarah umat Islam, seperti adanya rasa kebebasan menyiksa orang-orang, balas dendam dan pembantaian lawan politik atau rasa kebebasan memerangi jiwa, merampok harta dan melanggar kehormatan. Harus diyakini bahwa melakukan tindakan-tindakan brutal tersebut dapat menyebabkan seseorang keluar dari rel sunnah bahkan dari rel Islam. Adalah tepat bahwa Allah menjamin keberhasilan risalah-Nya, namun mempercayakannya kepada Muhammad dan membiarkannya mengarungi perjuangan di dunia manusia dengan caracara manusiawi. eleven
lanjut mengisahkan bahwa Rasulullah bersabda (kepadanya): "wahai Abu Muwaihibah aku telah dipersilahkan untuk menentukan satu di antara dua pilihan; apakah kekayaan dan keabadian dunia berikut surga, atau menemui Tuhanku berikut surga; Abu Muwaihibah menyela: demi ayah-bundaku, demi baginda, pilihlah kekayaan dan keabadian dunia berikut surga, beliau bersabda: "Demi Allah tidak, wahai Abu Muwaihibah aku telah memilih untuk menemui Tuhanku berikut surga. Lalu Rasulullah memohonkan ampun kepada para ahli kubur baqie' dan beranjak pergi sedang beliau menahan rasa sakit". Imam Bukhari mengutip riwayat Abu Bakar ibn 'Iyasy dari Abu Hureirah bahwa Rasulullah selalu i'tikaf selama ten hari setiap bulan. Pada tahun wafatnya beliau i'tikaf selama 20 hari setiap bulan. Al-Qur’an dibacakan kepada beliau sekali dalam setiap bulan puasa. Pada tahun wafatnya Al-Qur’an dibacakan kepada beliau dua kali dalam bulan puasa. Selanjutnya, para perawi menyepakati hadis riwayat Aisyah, yang berdasarkan isnadnya diriwayatkan oleh Al-Zuhri kepada Ibn Ishaq yang mengisahkan bahwa pada pagi hari itu, sekembalinya dari tempat Maemunah binti al-Haritsah Rasulullah mengeluhkan sakit kepala. Sejak di tempat Maemunah beliau bangkit dari tempat tidur dan kelihatan membungkuk menahan sakit, bahkan pada saat beliau sedang berjalan menuju tempat Aisyah. Maemunah adalah isteri terakhir Rasulullah yang dinikahi pada saat 'Umroh seusai perang al-Hudeibiyyah. Oleh karena itu kita tidak dapat memastikan apakah tempatnya termasuk dalam deretan kamar isteri-isteri sebelumnya seperti Aisyah, Umm Salamah dan Hafshah atau di tempat lain terdekat. Tapi yang jelas berdekatan dengan kediaman saudarinya Asma binti 'Umeis, janda mendiang Ja'significantly ibn Abu Thalib yang tewas mati syahid dalam perang mu'tah. Rasulullah, dari tempat Maemunah merasa masih mampu berjalan menuju kamar Aisyah sebagaimana yang sudah lazim dilakukannya selama ini, bahwa setiap pagi beliau harus berada di sekitar keluarga Abu Bakar (Aisyah) di mana beliau dapat bertemu dengan sahabat-sahabatnya.
It is so fantastically written that the authors words radiates his appreciate for your prophet ﷺ. It moves every single little bit in you and from time to time make you weep sensation the struggles the Prophet ﷺ and his companions experienced confronted. just about every chapter is composed retaining in your mind enough time of the party that passed off while in the lifetime of Prophet ﷺ, Shayk Abul Hasan ‘Alī Nadwī also guided us via his words and phrases with political, cultural and climatic backgrounds which was not accomplished so effectively in another e book about the Seerah. In any Seerah book, the farewell chapter is the toughest to study, it took me a couple of days to have to it and how it can be prepared During this reserve breaks your heart. SubhanAllah! never a human can ever have and effects like that of Prophet Muhammed ﷺ.
Bakr memperhitungkan bahwa pertemuan akan dilangsungkan untuk bermusyawarah di mana kesepakatan mayoritas akan menentukan. Ia menyadari bahwa orang-orang al-muhajirin tidak mempunyai harapan untuk menang tanpa bantuan kelompok besar yang datang secara mendadak seperti yang dilakukan oleh Aslum dan kaumnya. Jika argumentasi ini tepat berdasarkan sumbersumber yang ada maka wajar jika semua ini adalah hasil rekayasa yang amat baik dan jeli oleh Abu Bakr. Orang-orang Aslum adalah kaum muslim yang merupakan anggota masyarakat Islam. Meminta dukungan mereka dalam kondisi seperti ini adalah logis, konstitusional dan ada hikmahnya sebab dari mana orang-orang al-muhajirin dapat memperoleh dukungan suara banyak di tengah lautan manusia dari al-anshar yang diantara mereka ada yang berpikiran seperti AlHubab. Tentu umat akan terancam berantakan. Menurut Al-Hubab jika harus terpaksa, orangorang al-anshar memisahkan diri seperti sedia kala dan menentang pemerintahan orang-orang almuhajirin. Suatu ancaman perseteruan sengit yang mengerikan. Maka siapakah yang mampu memimpin umat ini sekiranya Abu Bakr tidak melakukan rekayasa dan perencanaan baik yang sangat menguntungkan itu? Jika orang-orang al-anshar cenderung menggunakan kekerasan sesungguhnya Abu Bakr lebih memprioritaskan permusyawaratan untuk mufakat. Dan dengan sikap seperti ini ia telah menyelamatkan umat dari ancaman kebinasaan. Bahkan seandainya Ali ibn Abi Thalib hadir dalam pertemuan niscaya ia tak mampu memenangkan pergelutan karena dibutuhkan kelompok besar untuk membentuk mayoritas. Sungguh Abu Bakr telah menangani persoalan dengan cara demokratis dan memenangkannya melalui suara mayoritas. Banyak di antara penulis kita tidak menyadari bahwa Ali ibn Abi Thalib saat itu baru berusia lebih dari thirty tahun sedangkan Abu Bakr sudah lebih dari sixty tahun. Perbedaan usia mereka berselang 30 tahun. Dalam hal posisi dan kepribadian mereka hampir sama.
Beliau lebih jauh mengajak para sahabatnya untuk sama-sama menyatakan bai'ah (tekad bulat) sehingga lahir bai'ah ridlwan yang terkenal itu; di mana setiap sahabat satu-persatu menyatakan sikapnya untuk ikut perang. Selanjutnya datang utusan kaum Qureisy dibawah pimpinan Shafwan ibn Umaiyah kemudian, seperti yang kita ketahui, berlangsung perundingan panjang yang sempat membuat Umar ibn Khattab naik pitam, karena ulah Shafwan ibn Umayah yang tidak menyetujui kata ‘Rasulullah’ dicantumkan dalam redaksi perjanjian. Ia merasa cukup dengan ‘Muhammad ibn Abdullah’. Tetapi Rasulullah mementingkan yang lebih baik dan beliau dengan lapang dada memenuhi kemauan Shafwan karena beliau yakin bahwa bagaimanapun Allah dan Rasul-Nya jua yang akan menang. Perjanjian perdamaian al-Hudeibiya akhirnya tercapai juga. Kaum muslim yang berhaluan ekstrim tidak puas dengan perjanjian itu karena ambisi ingin menyerang atau menyerbu Mekkah. Dalam pertimbangan Rasulullah Mekkah tidak selayaknya diserang atau diserbu berhubung di dalamnya terdapat Ka'bah dan merupakan tanah suci. Di samping itu tokoh-tokoh Mekkah cukup potensial untuk pengembangan Islam sehingga amat great jika Mekkah ditundukkan dengan jalan damai. Lebih dari itu dalam pandangan Rasulullah Mekkah belum saatnya masuk Islam karena para pemimpin dan pemuka masyarakatnya masih hidup dalam impian lama sebagai penguasa Mekkah yang kuat. Maka dengan perjanjian perdamaian, arus komunikasi dan hubungan bilateral antar kedua negeri semakin lancar; dan hal itu memberikan kesempatan lebih banyak 38
Bagi mereka kala itu, tidak mengapa Muhammad menyerukan agamanya karena masalah agama bukanlah persoalan selama TuhanTuhan dan leluhur mereka tidak dijelek-jelekkan, tetapi gengsi Qureisy enggan mengakui golongan lemah dan rendah, duduk sama posisi dengan pemuka masyarakat, bahkan menurutnya, mereka tidak berhak duduk di tempat tersebut. Kala itu belum digunakan istilah muslim, tetapi pengikut Muhammad (atba' Muhammad) atau al-Shabi' (yang meninggalkan agama warisan dan menerima agama baru). Sebagian orang Qureisy tidak dapat menerima adanya sesuatu yang dinamakan wahyu. Mereka memperolokkan pernyataan Muhammad kalau beliau mendapat wahyu dan mencemoohkan dengan ungkapanungkapan yang penuh ejekan seperti kata mereka "Bocah keluarga Abdul Mutthalib menganggap dirinya mendapat ilham dari langit". Pelaksanaan ibadah-ibadah pun masih terbatas pada waktu-waktu tertentu, yaitu sekali shalat di waktu pagi dan sekali di waktu petang dengan menekankan pentingnya shalat di waktu fajar. Istilah shalat pada dasarnya berarti do'a memohon rahmat Allah SWT. Dari pemantauan Rasulullah terhadap masyarakat Qureisy, beliau cukup optimistis bahwa banyak orang yang berkeinginan menerima dakwahnya. Namun terhambat oleh teror dan ancaman serta cemooh para penentang jika pertemuan antara pengikutnya dilakukan di tengah keramaian terutama karena sulit melakukan komunikasi. Tatkala beliau berhasrat mencari tempat yang sesuai, sahabat muda yang bernama al-Arqam ibn Abi al-Arqam menawarkan kediamannya yang terletak di jalur al-couch'. Rasulullah dengan senang hati menerima tawaran tersebut diikuti oleh para sahabat lainnya.
Beliau berbicara tentang sirah dengan kecerdasan seorang pakar dan peneliti, serta dengan hati seorang pecinta yang sedang dimabukkan kerinduan. Ini adalah sebuah buku yang merangkai berbagai kitab sejarah dalam hal penulisan sirah. Penulisnya mengetahui tulisan tentang sejarah dalam buku-buku karya para ahli, baik masa lalu maupun masa kini, baik yang ditulis dengan bahasa Arab, bahasa Urdu, bahasa Persia maupun bahasa Inggris.
tergelincir ke barat sehingga pasukan muslim membelakangi matahari sementara kaum Qureisy akan menghadapi silau matahari”. (Al-Waqidi, vol. one/56). Demikianlah Rasulullah mengambil prakarsa dan mengarahkan persiapan-persiapan. Ada seseorang yang datang mengusulkan agar posisi dirubah, beliau menjawab tidak, sementara beliau tetap berjalan memeriksa barisan. Pasukan Rasulullah tidak sebesar apa yang digambarkan oleh penulis-penulis sejarah yang datang kemudian tetapi tidak mengapa kita mengatakan bahwa pasukan Rasulullah terdiri dari dua brigade; satu untuk golongan Al-Khazraj dan satu lagi untuk golongan Aous. Sudah barang tentu pengertian brigade di sini tidak sama dengan apa yang kita kenal sekarang karena pada saat itu pakaian seragam saja tidak ada; justru yang membedakan satu pasukan dengan pasukan lainnya hanyalah benderanya, sebagai tanda dari mana prajurit maju untuk kembali lagi ke tempat semula. Mereka akan bergerak mengikuti benderanya. Di sini terjadi peristiwa mengharukan yang dialami oleh Sawad ibn Ghizyah yang berdiri di luar baris. Rasulullah mendorongnya masuk get more info barisan yang membuatnya terjatuh. Ia berkata: wahai Rasulullah baginda membuat aku terjatuh, sudilah kiranya membantu aku berdiri. Rasulullah membuka pakaian perangnya dan membantu berdiri tegak, serta merta saja ia gunakan kesempatan itu untuk memeluk Rasulullah sembari berkata: aku ingin menjadikan saat-saat terakhir hidupku di dunia dengan memeluk baginda. Rasulullah kemudian berpidato, dan sudah menjadi tradisi beliau bahwa sebelum memasuki medan pertempuran beliau selalu mengawali dengan pidato yang amat penting untuk disimak tetapi karena khawatir terlalu panjang maka tidak dapat dimuat di sini.
Pada saat sedang dalam perjalanan hijrah ke Madinah beliau meminta kepada Abdurrahman ibn 'Auf agar membelikan pakaian baru buat beliau dan Abu Bakar yang akan dikenakan saat memasuki Madinah; dan agar ia menunggu di ambang quba' pada salah satu tempat yang sudah ditentukan. Sebelum memasuki quba' beliau mandi dan memakai pakaian baru, demikian juga Abu Bakar. Beliau ingin masuk Madinah dengan penampilan yang penuh simpatik. Dan ternyata orang-orang begitu terpukau dengan kebersihan pakaian Rasulullah bersama Abu Bakar. Mereka bahkan tidak mampu mengidentifikasi Rasulullah kecuali setelah melihat Abu Bakar memayungi beliau dari terik matahari. Mereka pun segera berbondong-bondong menyalaminya. Rasulullah sangat menghargai pribadi setiap orang sehingga beliau tidak pernah membiarkan orang mencium tangannya. Beliau duduk sebagai orang biasa dalam pertemuan-pertemuan. Sama sekali tidak pernah melukai hati dan perasaan seorang pun, justeru beliau memiliki tenggang rasa yang sangat tinggi. Beliau menjenguk orang sakit, ikut menyembahyangkan dan mengantar jenazah serta menghadiri acara-acara pernikahan. Hal-hal seperti itu beliau lakukan bukan sebagai basa-basi melainkan partisipasi yang tulus. Beliau adalah manusia paripurna. Pelayannya Anas ibn Malik bercerita bahwa "Rasulullah sama sekali tidak pernah menghardik seorang pun, tiada satu ucapan pun dari beliau yang melukai hati atau perasaan. Jika ada yang bersalah beliau cukup diam dan hal itu justeru lebih menyiksa". Kota Madinah adalah hasil karya dan berkat jerih payah Rasulullah. Beliau membangun peradaban Madinah dengan dasar-dasar moral Islam dalam bergaul dan bermasyarakat serta dengan sistim syura (permusyawaratan) dalam urusan politik. Sebelum meletakkan dasar-dasar syura, beliau memantapkan persatuan dan persaudaraan antara muhajirin dan al-anshar yang saling mencintai.
Pada operasi sebelumnya, yaitu pada perang abwa, two Safar 2H/ Agustus 623M telah dicapai kesepakatan pakta pertahanan bersama antara Rasulullah dengan bani Dhamrah. Mengenai operasi abwa, Al-Waqidi berkata (vol.1/12): “ ... hingga Rasulullah tiba di abwa, kafilah telah berlalu. Dalam operasi ini beliau melakukan perjanjian dengan bani Dhamrah dari suku induk kinanah demi keamanan Madinah dari arah dan pihaknya. Operasi tersebut membutuhkan waktu selama 15 hari”. Penegasannya mengenai bani Dhamrah dari suku kinanah mengundang perhatian kita, sebab yang masyhur dalam buku nasab asal-usul keturunan Arab bahwa dhamrah berasal dari Juheina dan qudha'a, tetapi rupanya sebagian dari keturunan kinanah bergabung kedalam keluarga Juheina akibat terpencarnya qudha'a ke berbagai tempat dan suku lainnya. Suatu gejala yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian orang hijaz dan Madinah. Semenjak Rasulullah menginjakkan kakinya di Madinah, beliau telah menaruh perhatian besar kepada suku-suku Juheina, belluy dan cabang-cabangnya dari qudha'a dalam upaya memasukkan mereka ke dalam barisan umat Islam. Dan hal ini kiranya akan sangat berpengaruh dalam perkembangan Islam, baik pada masa Nabi maupun sesudahnya. Setelah operasi dzat al-usyeira, menyusul operasi nakhla dan yang disebut terakhir, perlu kita renungkan motivasi dan goal pelaksanaannya. Setelah melihat loyalitas yang tinggi dan kesetiaan suku Juheina dan Bellay, Rasulullah menyadari bahwa orang Mekkah sudah pasti merasa terancam dengan semakin sempitnya ruang gerak peniagaannya dan tentu membuat mereka tidak tinggal diam. Oleh karena itu Rasulullah dan para sahabatnya melakukan pemantauan intensif terhadap setiap kafilah dagang yang melewati pesisir. seventy eight
2. BEBERAPA SAAT SEBELUM TURUNNYA WAHYU Meskipun telah disinggung terdahulu bahwa tahannuts yang dilakukan Muhammad dapat berarti "berderma memberi makan" kepada para fakir-miskin dan walaupun beliau benar melakukan hal itu seperti halnya para pencari kebenaran, namun yang pasti beliau pergi ke gua hira bukan untuk tujuan tersebut. Ketika membaca al-Qur'an pada ayat:“Sesungguhnya Ibrahim adalah hamba yang qunut ikhlas kepada Allah dan bukan orang-orang mempersekutukan Allah”32; penulis terkesan dengan suatu penafsiran baru yang dapat membantu untuk memperoleh pemahaman yang lebih konprehensif33 mengenai section kehidupan Muhammad dalam periode yang kita bicarakan. Rupanya bentuk ibadah Nabi Ibrahim AS. adalah qunut yaitu berzikir dalam keadaan sunyi sepi; suatu praktek ibadah yang sampai kini masih dilaksanakan oleh orang-orang sholeh. Penyair Andalusia, Lisanuddin ibn al-Khatib dalam salah satu sajaknya menggunakan kata qunut untuk menyatakan betapa kesepian yang dialami seseorang yang sudah mati dan meninggal dunia, sebagai berikut: Maut adalah ibarat qunut (keheningan zikir) Setiap kali usai sholat jahar. Jadi tahannuts adalah qunut yang merupakan bentuk ibadah dalam agama Nabi Ibrahim yaitu berzikir, khusyu di hadapan Allah SWT dengan membaca dalam hati. Penafsiran ini memberikan keterangan mengenai apa dan bagaimana bentuk ibadah yang dilakukan oleh Muhammad sebelum syari'at al-Qur'an.
Al-Baladzary meriwayatkan bahwa setelah penobatannya, ada seseorang yang mendatangi Rasulullah untuk melunasi sangkutannya namun beliau mengisyaratkan bahwa urusan harta sudah tidak begitu penting lagi baginya. Kita tidak dapat memastikan hakekat dari mimpi-mimpi tersebut dan pada waktu yang sama kita juga tidak dapat menerima pandangan-pandangan para penulis Sirah yang datang kemudian seumpama az-Zarqoni dalam syarh al-mawahib al-ladunniyah yang sebenarnya merupakan komentar terhadap karya al-Qastallani, al-mawahib al-ladunniyah yang juga komentar terhadap karya Ibnu Hisyam. Jadi, buku tersebut adalah komentar atas komentar. Sedangkan karya Ibnu Hisyam sendiri adalah formulasi person yang dilakukan oleh Muhammad ibn Abdul Malik ibn Hisyam dengan memodifikasi Sirah yang ditulis oleh Muhammad ibn Ishaq ibn Yasar alMutthaliby.